Monthly Archives: March 2021

Malioboro Tempo Dulu

Kujajaki jalanan ini. Dulu Ramai. Hiruk pikuk orang orang saling bersahutan. Entah itu nyanyian, teriakan, canda tawa, dan tak ada tangisan. Pedagang kaki lima menghiasi seluruh selasar jalan ini, dari ujung utara, tugu, hingga selatan. Sandal, batik, tas, gelang, baju, dompet, celana, lumpia, cendol, ronde, pecel, hingga tukang pijit jam-jam an lengkap tersedia disana. Lima ribu rupiah masih dapat kutukar dengan 1 lumpia isi telur dengan satu gelas teh hangat. Ah, tempat ini bisa bersahabat dengan siapa saja.

Kembali kujajaki jalanan ini. Harusnya terdengar suara dentingan gamelan yang dimainkan oleh bapak tuna netra berbaju kelabu di depan hotel mutiara. Dan, kalau ku bergeser sedikit ke selatan, disatu sisi jalanan itu ramai berdiri sekerumunan orang dengan smartphonenya, sibuk mengabadikan momen beberapa orang, mas-mas, mbak-mbak, adek-adek dan bapak-bapak, yang sedang joget bersama, dengan diiringi backsoundĀ lagu dangdut/ pop angklung jawa, yang sambil sesekali melontarkan senyum dan tawaan ke penontonnya. Namun saat ini, roda ini diam, terhenti. Sementara. Ah, aku rindu saat itu, dan bukan hanya aku yang seperti itu.

Tapi tak usah khawatir. Roda ini hanya berhenti sejenak, untuk istirahat, mengambil nafas, mengisi tenggorokan dengan sedikit air untuk melepas lelah dan dahaga, untuk selanjutnya kembali berputar sediakala, agar senyum-senyum di wajah itu dapat tersimpul kembali seperti dulu. Insya Allah. Kita hanya perlu terus ber-ikhtiar lalu tawakkal sesudahnya. Aamiin.

1st Friday. Re-Start!

Well, Hello World. Selamat Pagi, Selamat Hari Jumat, dan Selamat Heading-Weekend! Ijinkan saya untuk kembali menyapa dunia melalui sebuah tulisan. Akhirnya nih, Saya, yang-bukan-penulis-tapi-pernah-hobi-menulis-dan-pernah-pengen-jadi-penulis ini berhasil dengan sekuat tenaga untuk menyambangi Page WordPress saya yang, well, sudah berdebu, bulukan dan jamuran. Senang dan deg-deg an rasanya untuk kembali mengukir cerita di Halaman ini. Kok deg-deg an..? Emang mau ngapain..? Ya wajarlah, vakum nulis dari Desember 2013 ternyata cukup membuat fikiran dan jari-jari saya kaku untuk menghasilkan sebuat kalimat. Sekali lagi, Kalimat ya, bukan cerita. Saking terlalu kakunya, untuk produce 1 kalimat aja butuh effort yang luar biasa untuk mikir, ngetik, review pantas atau tidaknya tatanan kalimat itu buat disajikan, lalu mikir lagi, revisi lagi, review lagi, sampe akhirnya pede untuk dipake. Wkwkwk. Sesusah itu ternyata untuk nge restart mesin yang 8 tahun gak pernah dipake. Tapiii walopun susah, bukan berarti gak mungkin kan ya. Kembali lagi kepada niat dan niat yang sudah susah payah dikumpulkan, akhirnya bisa juga membuat saya untuk kembali menyapa dunia melalui sebuah tulisan. Pagi yang cerah di tiap hari jumat (insya Allah), saya pilih sebagai hari rutin saya untuk berbagi tulisan, pingin nya biar apa yang saya share ini bisa jadi berkah di hari jumat yang mulia ini. Aamiin, Hehe.

8 tahun berhenti nulis. Kok bisa..? Yaa.. bisa-bisa aja sih sebenernya. Haha.. Faktor M (males) yang jelas jadi penghambat terbesar. Jangankan nulis, mbaca buku pun sudah lumayan lama saya tinggalkan (sedih dah), tapi aktivitas belanja buku nya sih gak berhenti ya. Wkwk. Tapi kalo coba mau dirunut dari sisi teknis nya kenapa sampe off-nulis 8 bulan ini, jelas bisa banget dijelasin pastinya. Karena Instagram. Kok instagram..? Jadi gini, selain pernah punya hobi nulis, dari kuliah saya memang tertarik dengan foto foto-an, tapi cuma sebatas baca artikel, liat buku-buku fotografi di Gramedia, dan praktek saat ada kamera teman yang bisa di budidayakan, karena saya gak punya kamera sendiri. Mau minta belikan bapak waktu itu pun gak ada keberanian (padahal pingin hahaha). Jadi setelah kerjalah akhirnya baru bebas bisa explore teknis foto-foto dengan kamera sendiri. Daaan, disupport pula dengan hype-nya salah satu aplikasi berbagi foto (saat itu Instagram baru bisa akomodir sharing foto saja), akhirnya spare-time banyak dihabiskan untuk travelling dan hunting foto. Harusnya waktu itu saya masih tetap bisa berkonten via blog (plus foto), namun saya tak kuasa mengelakkan diri dari arus pengguna instagram, dengan fitur likes nya, yang mau gak mau tambah memotivasi para penggiat hobi foto untuk terus menghiasi IG Feed nya. Hobi foto yang selaras dengan hobi travelling menjadikan segelintir orang di kantor (minoritas) yang tidak bingung untuk mengalokasikan jatah cuti tahunan. Cuti tahunan saya pasti full reserved tanpa perlu bingung ria cari agenda untuk menghabiskannya (fyi, di kantor saya, rata-rata dipenuhi oleh tipe orang yang jatah cutinya masih bersisa pada akhir tahunnya, dimana mereka sibuk untuk meng-carry-over jatah cuti ke tahun depannya. Well, tidak berlaku untuk saya. Ups. Hahaha). Selain foto dan travelling, hunting foto saja pun cukup menyita spare time saya. Setelah menemukan keasyikan pada Street Fotografi, intensitas hunting foto keliling saya jadi bertambah. Sekedar jalan kaki dari Mampang, melipir ke Blok-M, lalu lanjut mbusway sampai kota tua, lumayan bisa menambah tabungan stok foto street saya. In-group atau single fighter pun tak masalah (inilah salah satu point yang bikin saya jatuh hati ke street fotografi. Kapan-kapan saya ceritakan deh). Stok foto tersebut nantinya akan jadi konten yang saya naikkan di Instagram. Ya, lagi-lagi Instagram. Jadi, kombinasi antara hobi foto, hobi travelling dan hype nya Instagram, cukup menyita perhatian dan waktu saya, sehingga saya lumayaan cukup tidak ingat untuk meneruskan salah satu hobi saya yang lainnya. Wkwk

Ada beberapa kemunduran yang saya rasakan sejak saya berhenti menulis. Saya merasa menjadi lebih lemot dari biasanya di segala hal (hahaha). Karena intensitas membaca saya pun jauhhhhh berkurang, hanya diselingi dengan informasi yang datang dari akun-akun berita atau gosip di Instagram. Informasi-informasi tersebut berdatangan dengan sendirinya via aktivitas scrolling IG Feed/Story, tanpa saya perlu melakukan effort lebih untuk mencari konten informasinya. Dari sini kemunduran itu berasal. Disaat semua sudah di permudah, tubuh dan panca indera kita jadi dipermudah aktivitasnya, dan jika hal tersebut terus menerus terjadi, otomatis membuat tubuh dan panca indera kita terbiasa untuk tidak melakukan apa-apa. Jadi, kalau saya butuh informasi apapun, saya cukup mencarinya di instagram feed akun informasi terkait yang sudah mencakupi konten penjelasn singkat dari materi yang saya cari, daripada mencari di website yang isinya penuh dengan artikel yang panjang (poor me). Dan dari hal kecil itu pun, dapat berdampak ke aktivitas-aktivitas lainnya yang tidak saya sadari. Kembali lagi, faktor M nya jadi meleber kemana mana ternyata. Duh.

Namun, saya harus kembali menulis. Itu tekad saya setelah berulang-ulang membaca kolom happywednesday.id milik Pak Pres Persebaya. Keinginan itu timbul mencuat kembali. Saya mulai berandai-andai. Andai saya masih tetap mengukir kalimat di halaman wordpress saya sejak 2013 hingga hari ini, sudah ratusan tulisan bisa saya hasilkan, trafik halaman wordpress saya bisa lumayan tinggi, buku yang saya baca pun pasti banyak, dan saya pasti semakin sering belanja buku (wkwk). Kalau berandai-andainya mau saya teruskan, bisa sampai ke salah satu goal saya di tahun 2014 untuk menelurkan sebuah buku di tahun itu. Apalagi saat ini akses untuk publikasi tulisan sudah sangat dipermudah, dengan adanya platform Wattpad. Pasti waktu itu saya bisa untuk…lalu….ah syudahlah. Tidak usah panjang dalam berandai-andai. Saat ini saya hanya perlu untuk fokus dalam merealisasikan rencana menulis ini kan ya. Menurut beberapa ahli menulis yang saya baca disini, banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari memiliki hobi menulis ini. Saya coba tuliskan kembali beberapa manfaat menulis menurut Horiston dalam Darmadi (1996: 3-4), yaitu:

  1. Kegiatan menulis adalah sarana untuk menemukan sesuatu, dalam artian dapat mengangkat ide dan informasi yang ada di alam bawah sadar pemikiran kita.
  2. Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru.
  3. Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang kita milki.
  4. Kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang.
  5. Kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus.
  6. Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi.

Dan, saya perlu tambahkan satu poin lagi dari manfaat menulis menurut pengalaman pribadi saya, bahwa kegiatan menulis akan membantu menjaga otak dan fikiran saya untuk tetap dan selalu berfikir. Mencari konten perlu berfikir. mencari sumber referensi perlu berfikir, dan sudah jelas dalam merangkai kata per kata nya pun pasti membutuhkan effort kita untuk berfikir. Jadi saya gak kayak celengan semar lagi harusnya karena otak saya sudah gape untuk berfikir dan menjadi kreatif. Wkwk. Let’s Go ah Girl!

Tapi, dari apa yang sudah saya rencanakan, tidak akan bisa berjalan sistemnya jika tidak disertai dengan kata Konsisten. Konsisten adalah Koentji, Bung! Kalo saya gak bisa konsisten, minggu depan page wordpress ini akan stand-still, kayak 8 tahun sebelumnya. Lama-lama berdebu lagi, sawangan lagi, depok lagi.. ah ngawur. Stop yang pasti, rencana yang sudah saya buat gak akan bisa terealisasi kalau saya enggak konsisten. Kata orang bijak sih, tidak akan ada sesuai yang besar jika tidak diiringi dengan beberapa langkah kecil. Jadi sekali lagi, please otak saya, panca indera saya, tubuh saya, berhenti lah hanya sekedar berandai-andai ya. Konsisten is the Koentji (KiTK).

Last but not least, well, a-not-so-young-anymore-writer has come back to the field, Pals! See yaa on next week post. Happy Friday, Happy heading weekend, and Happy writing!